Hai.. Apa kabarmu? 19 tahun, ya? Dulu, duluuu
sekali saat aku seusiamu, aku adalah seorang laki-laki, sekarang juga masih,
dan akan terus laki-laki. Haha. Ini sungguh paragraf pembuka yang aneh sekali. Maafkan
abangmu ini.
Sudah menjadi mahasiswa, ya? Rasanya baru kemarin,
(aku ingin meneruskan kalimat “rasanya baru kemarin” dengan “kau masih
mengenakan seragam SD, masih suka jajan es dan aneka permen, masih suka
berantem sama aku, entah karena rebutan apa dan bagaimana”). Tapi sungguh
kalimat “rasanya baru kemarin” itu klise sekali, jadi kubatalkan saja.
Selamat menjadi perempuan seutuhnya, selamat mempunyai
abang yang ganteng, selamat mempunyai ibu yang maha penyayang, selamat
mempunyai mbak yang perhatian. Selamat ulang tahun. Selamat merasakan jauh dari
rumah. Jauh memang seringkali dijadikan acuan untuk mengukur kehebatan,
kesuksesan, keberanian dan lainnya. Tapi percayalah, lebih enak dekat.
Selamat ulang tahun. Tak perlu menunjukkan kepada
siapapun kalau kau cantik, karena cantikmu bukan di situ. Tak perlu terlalu tahu
berbagai macam bedak dan tetek bengeknya untuk wajah, karena pengetahuanmu
bukan di situ. Tak perlu keluar uang banyak untuk model pakaian yang sedang
nge-trand, karena kualitas dirimu
bukan di situ. Tak perlu malu merasa bangga terhadap dirimu sendiri, apa adanya
kamu. Tak perlu malu mengakui kau lemah. Tak perlu sungkan meminta bantuan
saudaramu. Tak perlu merasa bersalah jika seharian atau bahkan berhar-hari kau
hanya tidur dan menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan di kamar, karena itu
sungguh nikmat. Tak perlu takut menuntut kepada siapapun jika memang itu hakmu.
Tak perlu malu mengakui kau dari kampung dan desa, kampung dan desa adalah
kehidupan bagi kota-kota. Jangan lupa berbagi. Jangan lupa menolong. Jangan
lupa menikmati makanan kesukaanmu. Jangan lupa mencium pipi dan kening ibu. Jangan
lupa mengajaknya bercengkrama tentang apa saja. Ajak dia berbicara tentang
hal-hal yang telah kau lakukan, itu hal istimewa bagi seorang ibu. Ibu sudah
bertambah tua, dan kau tahu, tua dan sepi adalah paket, jangan sampai itu
terjadi padanya. Jangan lupa saudaramu. Jangan lupa masa kecilmu. Jangan lupa kau
pernah kubonceng naik sepeda. Jangan lupa kau pernah kubuat menangis. Jangan
lupa aku pernah mengambil makanan yang kau simpan. Jangan lupa belajar memasak,
ini sungguh penting. Sejauh ini, yang kutahu, kau baru bisa masak telor goreng
dan mi instan. Kau akan jadi ibu, semahal dan seenak apa pun masakan yang kau
beli untuk anak-anakmu kelak, mereka akan tetap rindu masakanmu, belajarlah
memasak, nasi goreng saja tidak cukup. Jangan pamer apa pun kepada siapapun,
apa lagi hal remeh seperti foto tiket pesawat, makanan restaurant yang kau
makan, tempat yang sedang kau kunjungi atau perkejaan yang sedang kau lakukan,
jangan tiru abangmu. Ikutlah kelompok diskusi yang sampai lupa jam makan dan
jam istirahat, berdebatlah dengan laki-laki yang ada di sana sampai urat-urat
kalian mau copot, lalu perhatikan tingkahnya setelah diskusi selesai, jika ia bisa
tetap bersikap manis dan biasa saja setelah perdebatan itu, cium dia dengan
penuh gairah setelah kalian menikah. Itu manis sekali.
Jangan sering nonton teve, kecuali acara bola dan
musik kesukaanmu. Jangan lupa istirahat. Jangan lupa belajar sejarah. Kau sudah
mahasiswa, jika kuminta sebutkan satu nama aktivis 98 yang diculik dan belum
kembali, namun kau tidak tahu ̶ rasanya kau belum pantas menyandang
gelar itu. Aku tahu ini terlalu memaksa, tapi ya bagaimana, memang tidak baik
melupakan sejarah. Jangan terlalu sibuk dan khawatir memikirkan masa depan,
santai saja. Planning memang perlu dan penting, tetapi terlalu khawatir tentang
masa depan, sama saja kita telah menghina tuhan. Jangan terlalu sering
menggunakan sosial media, tidak baik bagi psikologismu, jangan tiru abangmu. Jangan
lupa bangun siang, itu sungguh nikmat. Jangan lupa bermimpi. Jangan lupa
cita-citamu. Jangan lupa pulang. Jangan lupa kunjungi saudara-saudaramu. Jangan
lupa sampai kapanpun kau tetap anak perempuan kecil bagi ibumu, meskipun kau
sendiri kelak sudah punya anak.
Wajahmu itu, tidak untuk kau rawat dan permak
dengan brutal dan membabi buta. Tunjukkan sedikit rasa syukurmu pada tuhan. Jika
kau ingin cantik dengan cara memutihkan wajah dan lainnya, tolong diingat-ingat
lagi, rasanya ibu tidak pernah mengajarkan yang demikian. Aku cerewet sekali
sebagai abang, ya? Haha maaf kan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar