14.6.14

saat foto diri bertebaran dengan murah, generasi kalian akan sulit untuk merindu


Sekarang ini, banyak sekali media sosial yang tersedia. Mulai dari twitter, line, instagram, path, dan banyak lagi. Semua itu memudahkan kita untuk bertukar sapa kepada teman yang jauh, tepatnya teman yang tidak memungkinkan untuk berbicara langsung.




Dulu, lima belas tahun kebelakang, orang mau pamer sedang berada dimana saja tidak bisa. Tidak seperti sekarang, tinggal buka twitter lalu ngetwit, “Lagi di sini nih, asik,” gampang. Apalagi mengunggah foto di internet, susah. Harus foto pakai kamera kodak lah, harus ini, harus itu. Dan dulu, kamera di handphone belum ada yang secanggih sekarang.


Lalu tibalah kita di jaman yang serba internet ini, jaman dimana kita akan dibilang kurang gaul kalau nggak mengikuti perkembangan. Ya, jaman digital. Mau tidak mau, kita harus mengikutinya. Jaman dimana handphone sudah dilengkapi dengan berbagai macam fitur, komplit.

Tapi, ada saja orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya di jaman digital ini. Semua kegiatan di umbar di medsos, semua foto di unggah dengan murah. Semua orang bisa dengan mudah mengetahui kegiatannya. Lalu apa yang terjadi? Sudah dijawab sama @montytiwa.

Kurang lebih twitnya begini: “Saat foto diri bertebaran dengan murah, generasi kalian akan sulit untuk merindu.” Ya, seperti judul postingan ini.

Setelah membaca kalimat itu, serasa ada tonjokan keras di dada, betapa kita tidak menyadarinya. Kita sudah menjadi generasi yang sulit merindu? Benarkah? Coba tengok kembali isi-isi up date-tan di masing-masing akun, sudah berapa kali kita posting foto, sudah berapa kali ngomongin sedang dimana sama siapa? Lalu ingat-ingat lagi, masih ada nggak teman yang nanya sedang apa? Kalau kita sudah mengumbar semua kegiatan di medsos. Masih ada nggak teman yang bilang aku kangen? Kalau semua foto sudah diunggah juga.

Sekarang, mungkin saatnya untuk menggunakan medsos yang ada dengan lebih bijaksana. Mengunggah foto seperlunya, bikin status yang tidak melulu ngomongin diri sendiri. Memanfaatkannya dengan baik, sebaik tujuan dari orang yang membuat medsos itu. Seperti Mark Zuckerberg, menciptakan facebook agar digunakan untuk bertukar sapa, bukan galau-galauan dan pamer foto. Bukan berdo’a agar malam minggu hujan.

Karena kita manusia dan bisa berpikir, ayok berpikir ulang utnuk tidak pamer banyak foto dan status di medsos. Biar kita tetap dirindu oleh orang-orang terkasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkumpulah, berkumpulah

Hari itu, hari setelah penantian panjang bertahun-tahun untuk memiliki anak, turun perintah langit untuk Ib. Ia disuruh membawa istri dan a...