31.3.14

Surat untuk Mantan


Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara.

Hai nona, apa kabar? Apa kau sudah siap untuk pertemuan nanti? Pertemuan pertama kalinya dalam dua tahun ini? Aku bingun mau mengenakan pakaian apa, celana apa, kaos kah atau kemeja kah. Aku bingung. Sebingung rindu ini yang telah lama tak kau periksa.

Akan sangat menyenangkan, kita berada dalam satu waktu satu ruang untuk membicarakan kita yang dulu, lalu membandingkannya dengan kita yang sekarang. Bukan begitu? Huh, degupku cukup cepat. Kancing kemejaku mau copot dibuatnya. Apa kau juga bagitu?

Apa kau juga sudah menyiapkan pakaian? Jangan terlalu rame, ya, aku tidak begitu suka. Asalkan kamu datang dan kita bicara lama-lama saja itu sudah sangat cukup menyenangkan.

Satu waktu satu ruang untuk membicarakan kita yang dulu, lalu membandingkannya dengan kita yang sekarang. Terima kasih nona, telah sudi meluangkan waktu untuk kita. Hal apa yang nanti akan kamu ceritakan? Kalau aku akan bercerita tentang, aku yang.. .ah sudahlah. Selamat bertemu, ya. Seperti biasa, jangan terlambat.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Ah, seandainya kita benar-benar akan bertemu, maka pesan diatas sudah aku sampaikan langsung padamu lewat alat sambung.

Seandainya aku berani dan kamu mau, atau kamu berani dan aku mau diajak bertemu. Pesan diatas juga sudah aku kirim untukmu. Tapi nyatanya, kita tidak akan benar-benar bertemu.

Seandainya kamu tidak mempunyai pacar yang possesif, pasti kamu akan membagi contact person-mu, kan? Karena, itu memudahkan aku untuk menemuimu. Atau bilang pada pacar barumu itu; berhentilah bertindak seperti anak kecil. Lalu perlihatkan chat-chat obrolan kita dulu padanya, biar dia tahu, masih banyak cowok yang lebih keren yang pernah dekat denganmu.

Saat ini, aku akan berdo’a: semoga Tuhan menghapus kata ‘seandainya’ pada tiga paragraf sebelum ini. Semoga Tuhan menghapusnya lewat kamu. Kita benar-benar akan bertemu. Aku berani dan kamu mau, atau kamu berani dan aku mau diajak bertemu. Itu pasti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkumpulah, berkumpulah

Hari itu, hari setelah penantian panjang bertahun-tahun untuk memiliki anak, turun perintah langit untuk Ib. Ia disuruh membawa istri dan a...