26.7.16

Bercanda dan Melucu


“Bercandanya (melucu) orang Indonesia itu, selalu menghina, menjelekkan, dan mengejek orang yang dicandai.” Saya lupa siapa yang mengatakan kalimat barusan, tetapi demi tupperware kesayangan Ibu, sumpah saya menyetujuinya. 

Sadar atau tidak sadar, sebagian besar dar kita, orang Indonesia, memang begitu kalau bercanda, mulai dari acara televisi atau candaan sesama teman. Banyak sekali ejekan-ejekan yang muncul di sana, seperti tutup panci, knalpot bocor, wajan penggorengan, serta yang lainnya, dan semua itu ditujukan kepada orang yang dicandai. Lucu? Bagi sebagian orang mungkin lucu, bagi bagian yang lain, ini hanya hal bodoh yang terpaksa mereka lihat dan nikmati, khususnya saya. Namun  saya masih orang bodoh itu, karena saya juga sering melakukan candaan serupa. 

Contoh lain, mengejek bentuk fisik untuk melucu. Badan gemuk atau kurus, kulit hitam, tubuh pendek, rambut keriting, bibir ndomble, jidat lebar, gigi tonggos, dan masih banyak lainnya. Bercanda dengan mengejek bentuk fisik ini, adalah tingkatan paling rendah dalam bercanda. Raditya Dika pernah bilang, “Jangan menertawakan keadaan fisik seseorang, yang dia sendiri tidak bisa ubah.” Namun, sekali lagi, saya juga sering melakukannya. 

Dari candaan semacam itu, selalu ada pihak-pihak yang tidak bisa menerima, terutama pihak yang dicandai. Dia marah, dan hal yang harusnya lucu(?), menjadi amarah.

Lalu munculah sebuah anggapan, atau pendapat umum, yang bunyinya, “Tidak bisa diajak bercanda”. Anggapan itu sudah pasti ditujukan kepada orang yang marah atau tidak terima saat dicandai. Karena mereka dianggap tidak bisa bercanda.

Tapi, hei, tunggu dulu. Sebetulnya, yang tidak bisa bercanda itu siapa? Orang yang saat dicandai marah, atau orang yang mencandai sampai marah? Jika yang dianggap tidak bisa bercanda itu orang yang saat dicandai marah, lantas orang yang mencandai sampai marah disebut apa? Mereka sudah tahu, bahwa orang ini akan marah jika dicandai, tetapi mereka masih melakukannya, sampai marah. 

Well, orang yang mencandai sampai marahlah yang disebut tidak bisa bercanda ̶ menurut saya. Mereka tidak tahu batasan-batasan bercanda tiap orang itu berbeda. 

Semoga kita bisa bercanda dengan lebih baik, semoga. Satu lagi, bukankah terlalu banyak bercanda juga akan membuat hati beku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkumpulah, berkumpulah

Hari itu, hari setelah penantian panjang bertahun-tahun untuk memiliki anak, turun perintah langit untuk Ib. Ia disuruh membawa istri dan a...