“Bercandanya
(melucu) orang Indonesia itu, selalu menghina, menjelekkan, dan mengejek orang
yang dicandai.” Saya lupa siapa yang mengatakan kalimat barusan, tetapi demi tupperware
kesayangan Ibu, sumpah saya menyetujuinya.
Sadar
atau tidak sadar, sebagian besar dar kita, orang Indonesia, memang begitu kalau
bercanda, mulai dari acara televisi atau candaan sesama teman. Banyak sekali
ejekan-ejekan yang muncul di sana, seperti tutup panci, knalpot bocor, wajan
penggorengan, serta yang lainnya, dan semua itu ditujukan kepada orang yang
dicandai. Lucu? Bagi sebagian orang mungkin lucu, bagi bagian yang lain, ini
hanya hal bodoh yang terpaksa mereka lihat dan nikmati, khususnya saya. Namun saya masih orang bodoh itu, karena saya juga
sering melakukan candaan serupa.
Contoh lain, mengejek bentuk fisik untuk melucu. Badan gemuk atau kurus, kulit hitam, tubuh pendek, rambut keriting, bibir ndomble, jidat lebar, gigi tonggos, dan masih banyak lainnya. Bercanda dengan mengejek bentuk fisik ini, adalah tingkatan paling rendah dalam bercanda. Raditya Dika pernah bilang, “Jangan menertawakan keadaan fisik seseorang, yang dia sendiri tidak bisa ubah.” Namun, sekali lagi, saya juga sering melakukannya.
Dari
candaan semacam itu, selalu ada pihak-pihak yang tidak bisa menerima, terutama pihak
yang dicandai. Dia marah, dan hal yang harusnya lucu(?), menjadi amarah.
Lalu
munculah sebuah anggapan, atau pendapat umum, yang bunyinya, “Tidak bisa diajak
bercanda”. Anggapan itu sudah pasti ditujukan kepada orang yang marah atau
tidak terima saat dicandai. Karena mereka dianggap tidak bisa bercanda.
Tapi,
hei, tunggu dulu. Sebetulnya, yang tidak bisa bercanda itu siapa? Orang yang
saat dicandai marah, atau orang yang mencandai sampai marah? Jika yang dianggap
tidak bisa bercanda itu orang yang saat dicandai marah, lantas orang yang
mencandai sampai marah disebut apa? Mereka sudah tahu, bahwa orang ini akan marah
jika dicandai, tetapi mereka masih melakukannya, sampai marah.
Well,
orang yang mencandai sampai marahlah yang disebut tidak bisa bercanda ̶
menurut saya. Mereka tidak tahu batasan-batasan bercanda tiap orang itu berbeda.
Semoga
kita bisa bercanda dengan lebih baik, semoga. Satu lagi, bukankah terlalu
banyak bercanda juga akan membuat hati beku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar